Jurnal Bahari Papadak https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/JBP <p>Jurnal Bahari Papadak adalah sebuah jurnal nasional dalam bidang ilmu-ilmu kelautan dan perikanan yang di kelolah oleh Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Nusa Cendana. Tujuan utamanya adalah menyajikan artikel-artikel hasil riset atau penelitian yang berkualitas yang meliputi semua sub-bidang kajian dalam lingkup ilmu kelautan dan perikanan. Jurnal ini menyediakan ruang publikasi bagi akademisi, peneliti, mahasiswa dan kalangan professional lainnya. Artikel ilmiah yang diajukan untuk diterbitkan dalam jurnal ini harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu, merupakan paper asli (bebas plagiarisme), tidak dipublikasikan atau tidak sedang diajukan ke jurnal lain. Lingkup topik Jurnal Bahari Papadak meliputi manajemen sumberdaya perairan, perikanan tangkap, pengolahan hasil perikanan, sosial ekonomi perikanan, ilmu kelautan, bioteknologi perikanan, biologi dan ekologi biota perairan, serta penilaian dan pengelolaan ekosistem perairan.</p> <p>ISSN Online :&nbsp;<strong>2723-6536</strong></p> <p>Waktu Terbit : Bulan April dan Oktober</p> <p>Email : baharipapadak@gmail.com</p> en-US yahyahrachim@gmail.com (Dr. Ir. Yahyah, M.Si) aludinfkpundana@gmail.com (Aludin Al Ayubi, S.Pi.,M.Si) Fri, 04 Apr 2025 00:00:00 +0000 OJS 3.1.1.2 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 JENIS DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN ALAT TANGKAP PANCING ULUR YANG DIOPERASIKAN NELAYAN DI DESA SAKUBATUN, KECAMATAN ROTE BARAT DAYA, KABUPATEN ROTE NDAO https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/JBP/article/view/22058 <p><strong>Abstrak - </strong>Pancing ulur merupakan salah satu alat tangkap tradisional yang digunakan masyarakat nelayan untuk beroperasi dalam menangkap ikan. Desa Sakubatun adalah salah satu daerah di Kecamatan Rote Barat Daya yang memiliki potensi sumberdaya kelautan yang dapat dimanfaatkan sebagai lokasi penangkapan ikan. Kegiatan penangkapan ikan hasil tangkapan di Desa Sakubatun umumnya menggunakan berbagai alat tangkap tradisional salah satunya adalah pancing ulur (<em>Handline</em>). Data dan informasi mengenai jenis hasil tangkapan, jumlah hasil tangkapan serta komposisi hasil tangkapan ikan di perairan&nbsp; sangat penting bagi pengelolaan, regulasi perikanan serta memberikan landasan strategis bagi pemanfaatan sumber daya perikanan&nbsp; secara optimal dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan&nbsp; untuk mengetahui jenis-jenis hasil tangkapan dan jumlah hasil tangkapan alat tangkap pancing ulur (<em>Handline</em>). Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi pada 34 sampel yang diambil secara acak periode bulan Juli-Agustus 2024. Data dianalisis menggunakan buku identifikasi, jumlah dan&nbsp; komposisi hasil tangkapan. Jenis-jenis ikan yang tertangkap sebanyak 21 spesies yang tergolong dalam 10 famili, yaitu Skombridae, Carangidae, Lutjanidae, Lethrinidae, Serranidae, Balistidae, Coryphaenidae, Trichiuridae, Isthioporidae dan Sphyraenidae. Jumlah hasil tangkapan dalam kurun waktu satu bulan sebanyak 10 kali trip penangkapan dengan total individu yang tertangkap sebanyak 868 individu dengan berat total secara keseluruhan adalah 1.110,9 kg. Dengan komposisi hasil tangkapan paling banyak yang tertangkap ialah ikan cakalang dengan persentase sebesar 43,80%&nbsp; dan hasil tangkapan paling sedikit ialah ikan kerapu belang putih dengan komposisi sebesar 0,02 %.</p> <p><strong>Kata kunci</strong> : Desa Sakubatun, Pancing Ulur, Hasil Tangkapan, Nelayan.</p> <p><strong>&nbsp;</strong></p> <p><strong><em>Abstract -</em></strong> <em>Handline fishing is one of the traditional fishing gear fishermen use to catch fish. Sakubatun Village is one of the areas in Rote Barat Daya District with potential marine resources that can be utilized as a fishing location. Fishing activities in Sakubatun Village generally use various traditional fishing gear, one of which is handline fishing. Data and information regarding the types of catches, the number of catches, and the composition of fish catches in the waters are very important for fisheries management, and regulation and provide a strategic basis for optimal and sustainable utilization of fishery resources. This study aims to determine the types of catches and the number of catches of handline fishing gear. Data were collected through observation, interviews, and documentation on 34 samples taken randomly in the period July-August 2024. Data were analyzed using identification books, the number and composition of catches. The types of fish caught were 21 species belonging to 10 families, namely Skombridae, Carangidae, Lutjanidae, Lethrinidae, Serranidae, Balistidae, Coryphaenidae, Trichiuridae, Isthioporidae and Sphyraenidae. The number of catches within one month was 10 fishing trips with a total of 868 individuals caught with a total weight of 1,110.9 kg. The composition of the most caught catches was skipjack tuna with a percentage of 43.80% and the least catch was white striped grouper with a composition of 0.02%.</em></p> <p><strong><em>Keywords</em></strong>: <em>Sakubatun Village, Handline, Catch, Fisherman</em>.</p> <p>&nbsp;</p> Valentino A. M. Dethan, Yahyah Yahyah, Aludin Al Ayubi ##submission.copyrightStatement## https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/JBP/article/view/22058 Wed, 02 Apr 2025 00:00:00 +0000 LAJU TANGKAP PUKAT CINCIN PADA KM. ADIKA JAYA 05 DI PERAIRAN KUPANG WPPNRI 573 https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/JBP/article/view/22060 <p><strong>Abstrak - </strong>Tujuan dari penelitian ini untuk mememahami terknik pengoperasian alat tangkap pukat cincin, laju tangkap ikan dalam kurun waktu satu tahun, komposisi hasil tangkapan ikan dalam setiap tripnya, dan menganalisis biaya operasional selama masa praktik. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan metode survei. Data primer diperoleh dari survei, wawancara, dan dokumentasi. Data sekunder diperoleh dari dokumen kapal dan data produksi KMN. Adika Jaya 05. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pengoperasian alat tangkap pukat cincin terdiri dari penurunan jaring setting dan hauling kegiatan tersebut harus dilakukan dengan cermat, teliti dan penuh kehati-hatian agar proses pengoperasian dapat berjalan dengan efisien, laju tangkap ikan dalam kurun waktu 1 tahun dengan nilai tertinggi terjadi pada bulan&nbsp; febuari yaitu sejumlah 688 kg/trip dan terendah pada bulan november 75 kg/trip sedangkan komposisi hasil tangkapan dalam 3 bulan masa praktek apabila dikomparasikan hasil tangkapan ikan paling tinggi adalah jenis ikan Layang (<em>Decapterus sp</em>) sebesar 61% diikuti ikan Selar (<em>Selaroides sp</em>) sebesar 13%, ikan Kembung (<em>Rastrelliger kanagurata</em>) sebesar 13%, dan yang paling sedikit adalah ikan tongkol (<em>Euthynnus affinis</em>), dan biaya operasional yang dihitung selama 3 (tiga) bulan masa penelitian yaitu dengan pendapatan dengan jumlah Rp. 93.150.000 pengeluaran Rp.56.794.773 dan memporoleh keuntungan sebesar Rp. 42.122.620. sedangkan rata-rata Benefit Cost Of Rasio dan (BCR) sebesar 1,58 artinya usaha layak untuk diteruskan diperoleh. Laju tangkap ikan pada kapal KM. Adika Jaya 05 mengulai fluktuasi dalam setiap periode waktu tertentu hal ini karena beberapa faktor yang mempengaruhi seperti angin dan musim.</p> <p><strong>Kata Kunci : </strong>Pukat cincin, laju tangkap, komposisi dan biaya operasional</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong><em>Abstract -</em></strong><em> The purpose of this study is to understand the technique of operating purse seine fishing gear, the rate of fish catch within one year, the composition of fish catches in each trip, and analyze operational costs during the practice period. This research uses descriptive analysis with survey method. Primary data were obtained from surveys, interviews, and documentation. Secondary data were obtained from ship documents and KMN production data Adika Jaya 05. Based on the results of the study, it is concluded that the operation of purse seine fishing gear consists of lowering the net setting and hauling these activities must be carried out carefully, carefully and carefully so that the operation process can run efficiently, the rate of fish catch within a period of 1 year with the highest value occurs in the month of February which is a total of 688 kg / trip and the lowest in November 75 kg / trip while the composition of the catch in 3 months of practice when compared the highest fish catch is the type of Kite (decapterus sp) by 61% followed by Mackerel (selaroides sp) by 13%, Mackerel (rastrelliger kanagurata) by 13%, and the least is tuna (euthynnus affinis), and the operational costs calculated during the 3 (three) month practice period are with an income of Rp. 93,150,000 expenses Rp. 93,150,000 expenses Rp.56 794,773 and profit of Rp. 42,122,620. while the average Benefit Cost Of Ratio and (BCR) of 1.58 means that the business is feasible to continue to be obtained. </em><em>The fishing rate on board KM. Adika Jaya 05 starts fluctuating in each specific time period this is due to several influencing factors such as wind and season.</em></p> <p><strong><em>Keywords :</em></strong><em> Purse seine, catch rate, composition and operational costs</em></p> Yesaya Mau, Rezki A. Rajab, Alan Faisal, N. ##submission.copyrightStatement## https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/JBP/article/view/22060 Fri, 04 Apr 2025 00:00:00 +0000 PENGELOLAAN PERIKANAN PELAGIS BESAR BERBASIS PENDEKATAN EKOSISTEM PADA DOMAIN SUMBERDAYA IKAN DI PPI OEBA, KOTA KUPANG https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/JBP/article/view/22161 <p><strong>Abstrak</strong>- Pengelolaan perikanan di Pangkalan Pendaratan Ikan Oeba, Kota Kupang belum dilakukan secara terintegrasi. Kepentingan sosial ekonomi cenderung mendapatkan perhatian lebih dibandingkan kesehatan ekosistem sebagai wadah dari sumber daya ikan, sebagai target penangkapan. Kondisi pengelolaan yang demikian mempengaruhi tingkat&nbsp; kelimpahan sumber daya ikan. Hal ini terlihat dengan menurunnya jumlah hasil tangkapan nelayan pelagis besar di PPI Oeba pada daerah tangkapan yang sama dalam lima tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status terkini pengelolaan perikanan pelagis besar di PPI Oeba, Kota Kupang berdasarkan pendekatan ekosistem atau <em>Ecosystem Approach to Fisheries Management (</em>EAFM<em>)</em> dengan menganalisis indikator dalam domain sumberdaya ikan. Indikator yang dianalisis antara lain adalah indikator trend CPUE baku, trend ukuran ikan, proporsi ikan yuwana (<em>juvenil</em>) yang tertangkap, komposisi spesies hasil tangkapan, <em>range collapse</em> sumber daya ikan, dan spesies ETP (<em>Endangered, Threatened, and Protected Species</em>). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi dan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Sampel penelitian yang diambil sebanyak 37 responden dengan pertimbangan responden yakni sebagai nelayan yang menggunakan armada penangkapan pancing ulur tuna. Data dari setiap indikator domain sumberdaya ikan dianalisis dari hasil skoring yang didapatkan dari hasil wawancara dan survei untuk mengetahui nilai dan status dari setiap indikator dengan ketentuan semakin besar nilai indikator maka semakin baik status pengelolaan perikanan dan juga sebaliknya semakin kecil nilai indikator maka semakin buruk status pengelolaannya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa status terkini pengelolaan perikanan pelagis besar berbasis pendekatan ekosistem pada domain sumberdaya ikan di PPI Oeba, Kota Kupang berada pada status baik dalam menerapkan EAFM, dengan nilai agregat komposit sebesar 225 dan visualisasi model bendera berwarna hijau muda.</p> <p><strong>Kata kunci</strong> : Pengelolaan Perikanan, Pelagis Besar, Domain Sumberdaya Ikan, EAFM, PPI Oeba.</p> <p><strong><em>&nbsp;</em></strong></p> <p><strong><em>Abstract</em></strong><em>- Fisheries management at the Fishery Port Oeba Site in Kupang City has not been integrated. Socio-economic interests tend to get more attention than the ecosystem's health as a container of fish resources, as the target of capture. Such management conditions affect the abundance of fish resources. This can be seen by the declining catch of large pelagic fishers at Fishery Port Oeba in the same area in the last five years. This study aims to determine the current status of large pelagic fisheries management in Fishery Port Oeba Kupang City based on the Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM) by analyzing indicators in the fish resource domain. The indicators analyzed include standardized CPUE trend indicator, fish size trend, proportion of juvenile fish caught, species composition of the catch, range collapse of fish resources, and ETP species (Endangered, Threatened, and Protected Species). The methods used in this study were observation and interviews using questionnaires. The research sample taken was 37 respondents with the consideration that the respondents were fishermen who used the tuna longline fishing fleet. Data from each indicator of the fish resource domain were analyzed from the scoring results obtained from interviews and surveys to determine the value and status of each indicator with the provision that the greater the value of the indicator, the better the status of fisheries management and vice versa, the smaller the value of the indicator, the worse the management status. The results of this study indicate that the current status of large pelagic fisheries management based on the ecosystem approach in the fish resource domain at Fishery Port Oeba, Kupang City is in good status in implementing EAFM.</em></p> <p><strong><em>Keywords</em></strong><em>: Fisheries Management, Large Pelagics, Fish Resource Domain, EAFM, Fishery Port Oeba</em></p> Christin Missa, Ismawan Tallo, Chaterina A. Paulus ##submission.copyrightStatement## https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/JBP/article/view/22161 Fri, 04 Apr 2025 00:00:00 +0000 ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI SULAMANDA DI DESA MATA AIR, KECAMATAN KUPANG TENGAH, KABUPATEN KUPANG, NUSA TENGGARA TIMUR https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/JBP/article/view/22162 <p><strong>Abstrak </strong><strong>-</strong> Pantai Sulamanda merupakan salah satu pantai di Pulau Timor yang terletak di Desa Mata air, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.&nbsp;Bagaimana daya dukung Pantai Sulamanda terhadap tingkat kesesuaian wisata berdasarkan kondisi fisik Menganalisis tingkat kesesuaian wisata dan daya dukung kawasan berdasarkan kondisi fisik kawasan Pantai Sulamanda sebagai objek wisata.&nbsp;Metode yang digunakan untuk menentukan tempat pengambilan sampel adalah purpossive sampling.&nbsp;Penggunaan metode ini dipertimbangkan karena purpossive sampling merupakan teknik pengambilan sampel atau sumber data dengan pertimbangan tertentu berdasarkan jumlah pengunjung/wisatawan yang menempati suatu lokasi untuk melakukan kegiatan wisata. Dari data ketiga stasiun yang telah diamati dan diukur berdasarkan sembilan parameter yang diinginkan. kawasan wisata pantai dapat merepresentasi pantai Sulamanda sehingga dapat diketahui apakah pantai Sulamanda layak atau tidak untuk dijadikan sebagai suatu kawasan wisata pantai.&nbsp;Hasil kesesuaian kawasan wisata pantai untuk kategori rekreasi pantai dan berenang dapat dilihat pada Tabel 6,7 dan lampiran 1 dan 2 Nilai kesesuaian wisata (NKW), stasiun I memiliki nilai persentase 85% stasiun II 88,75% dan stasiun III 66,25%. Sedangkan untuk daya dukung kawasan Pantai Sulamanda (DDK) untuk rekreasi pantai adalah 255 orang per harinya.&nbsp;Pantai Sulamanda dapat menampung 148 orang per harinya untuk wisata berenang.&nbsp;Dengan demikian total wisata yang dapat ditampung oleh aktifitas wisata pantai.</p> <p><strong>Kata kunci: </strong>kesesuaian dan daya dukung pantai Sulamanda</p> <p><em>&nbsp;</em></p> <p><strong><em>Abstract -</em></strong><em> Sulamanda Beach is one of the beaches on Timor Island located in Mata air Village, East Kupang Subdistrict, Kupang Regency, East Nusa Tenggara Province. Analyzing the level of tourism suitability and carrying capacity of the area based on the physical condition of Sulamanda Beach area as a tourist attraction. The method used to determine the sampling place is purpossive sampling. The use of this method is considered because purposive sampling is a sampling technique or data source with certain considerations based on the number of visitors/tourists who occupy&nbsp; location to conduct tourism activities. From the data of the three stations that have been observed and measured based on the nine desired parameters, the beach tourism area can represent Sulamanda beach so that it can be known whether Sulamanda beach is suitable or not to be used as a beach tourism area. The results of the suitability of coastal tourism areas for the category of beach recreation and swimming can be seen in Table 6,7 and appendix 1 and 2. The value of tourism suitability (NKW) is, station I has a percentage value of 85% station II 88.75% and station III 66.25%. As for the carrying capacity of Sulamanda Beach area (DDK) for beach recreation is 255 people per day. Sulamanda Beach can accommodate 148 people per day for swimming tours. Thus the total tourism that can be accommodated by the activities of the beach.</em></p> <p><strong><em>Keywords:</em></strong><em> suitability and carrying capacity of Sulamanda beach</em></p> Kristo A. Nenobesi, Chaterina A. Paulus, Suprabadevi A. Saraswati ##submission.copyrightStatement## https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/JBP/article/view/22162 Fri, 04 Apr 2025 00:00:00 +0000 DINAMIKA KELIMPAHAN FITOPLANKTON PADA LINGKUNGAN BUDIDAYA TIRAM MUTIARA (Pinctada maxima) DI KAWASAN PT. TIMOR OTSUKI MUTIARA (TOM), BOLOK, KABUPATEN KUPANG, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/JBP/article/view/22163 <p><strong>Abstrak – </strong>PT. Timor Otsuki Mutiara (TOM) merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang budidaya tiram mutiara jenis <em>Pinctada maxima.</em> Kelimpahan fitoplankton sebagai produsen primer berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tiram mutiara di PT. TOM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika kelimpahan fitoplankton di kawasan budidaya PT. TOM, Bolok, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pengambilan sampel dilakukan pada tiga stasiun di Bulan Juli 2023, Agustus 2023, Desember 2023, Januari 2024, Februari 2024, dan April 2024 menggunakan metode <em>purposive sampling. </em>Sampel fitoplankton diperoleh melalui penyaringan air laut menggunakan planktonet sebanyak 100 L dari permukaan perairan. Hasil penyaringan sampel kemudian dimasukkan kedalam botol bervolume 110 ml dan diawetkan dengan menambahkan larutan lugol. Sampel fitoplankton diidentifikasi menggunakan mikroskop untuk mendapatkan data kelimpahan fitoplankton. Pengukuran parameter lingkungan dilakukan secara <em>in situ</em> untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan fitoplankton. Data yang diperoleh dianalisis untuk menentukan kelimpahan fitoplankton, sementara parameter lingkungan dianalisis secara deskriptif. Analisis data menunjukan kelimpahan fitoplankton tertinggi secara spasial terdapat pada stasiun yang memiliki aktivitas perikanan, seperti pembersihan tiram mutiara dan budidaya rumput laut (Stasiun 1), sedangkan kelimpahan terendah terdapat pada stasiu</p> <p><strong>Kata kunci</strong>: Kelimpahan fitoplankton, Kawasan PT. TOM, Budidaya tiram mutiara.</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong><em>Abstract –</em></strong> PT. Timor Otsuki Mutiara (TOM)<em> is a private company engaged in the cultivation of pearl oysters of the Pinctada maxima type. The abundance of phytoplankton as primary producers plays an important role in the growth and development of pearl oysters at PT. TOM. This study aims to determine the dynamics of phytoplankton abundance in the cultivation area of ​​PT. TOM, Bolok, Kupang Regency, East Nusa Tenggara Province. Sampling was carried out at three stations in July 2023, August 2023, December 2023, January 2024, February 2024, and April 2024 using the purposive sampling method. Phytoplankton samples were obtained by filtering seawater using planktonnet as much as 100 L from the surface of the water. The results of the sample filtration were then put into a 110 ml bottle and preserved by adding lugol's solution. Phytoplankton samples were identified using a microscope to obtain phytoplankton abundance data. Measurement of environmental parameters was carried out in situ to determine their effect on phytoplankton growth. The data obtained were analyzed to determine the abundance of phytoplankton, while environmental parameters were analyzed descriptively. Data analysis shows that the highest abundance of phytoplankton spatially is found at stations that have fisheries activities, such as pearl oyster cleaning and seaweed cultivation (Station 1), while the lowest abundance is found at stations adjacent to the PLTU (Station 2). Temporally, the highest abundance of phytoplankton occurs in the West Season (January), and the lowest abundance occurs in the East Season (August).</em></p> <p><strong>Keywords</strong>: <em>Phytoplankton abundance</em>, PT. TOM <em>area, Pearl oyster cultivation</em>.</p> Irmina Takua, Lumban N. L. Toruan, Kiik G. Sine, Suprabadevi A. Saraswati ##submission.copyrightStatement## https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/JBP/article/view/22163 Fri, 04 Apr 2025 00:00:00 +0000 TRADISI LEFA NUANG DI DESA LAMALERA, KABUPATEN LEMBATA DALAM KAITANYA DENGAN KONSERVASI BIOTA LAUT https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/JBP/article/view/22164 <p><strong>Abstrak -</strong> Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses ritual adat yang dilakukan sebelum dan sesudah tradisi Lefa Nuang dijalankan, Mengenal Jenis alat tangkap dan alat bantu penangkapan yang digunakan pada tradisi Lefa Nuang dan Dampak dari tradisi Lefa Nuang terhadap keberlangsungan hidup biota laut yang dilindunggi. Metode yang digunakan berupa metode Survey yang melibatkan responden dan peniliti secara langsung. Data yang di kumpulkan berupa data sekunder dan data primer. Responden untuk menggali informasi terkait tujuan dari penelitian ini adalah para key informant seperti tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuda, aparat desa serta nelayan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selalu ada perbedaan dalam ritual adat dari satu daerah ke daerah lainnya. Sebagai masyarakat nelayan, orang Lamalera memiliki karakteristik yang unik dan berbeda dari kehidupan masyarakat nelayan pada umumnya. Ritual keistimewaan ini terletak pada proses penangkapan ikan paus yang dilakukan oleh masyarakat nelayan Lamalera. Alat tangkap dan alat bantu penangkapan yang digunakan dalam tradisi ini telah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan dirawat dengan cara yang ramah lingkungan sehingga tidak berdampak negatif pada perairan dan ekosistem di sekitarnya. Yang membuat tradisi ini bertentangan dengan peraturan pemerintah saat ini bukan ritual adat yang dilakukan atau jenis alat tangkap dan alat bantu penangkapan yang digunakan. Oleh karena itu, tradisi ini secara tidak langsung berdampak pada biota laut yang dilindungi. Hal ini jelas terlihat dari penurunan jumlah tangkapan nelayan, yang antara tahun 2008 dan 2009 mencapai 15-20 ekor, namun pada tahun 2023 hanya 6 ekor yang ditangkap.</p> <p><strong>Kata Kunci</strong> : Lefa Nuang, Lamalera, Kabupaten Lembata</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong><em>Abstrack-</em></strong><em>This research aims to determine the traditional ritual process carried out before and after the Lefa Nuang tradition is carried out, to understand the types of fishing gear and fishing aids used in the Lefa Nuang tradition and the impact of the Lefa Nuang tradition on the survival of protected marine biota. The method used is a survey method which involves respondents and researchers directly. The data collected is in the form of secondary data and primary data. Respondents to dig up information related to the objectives of this research were key informants such as community leaders, traditional leaders, youth leaders, village officials and fishermen. The research results show that there are always differences in traditional rituals from one region to another. As a fishing community, the Lamalera people have unique characteristics and are different from the lives of fishing communities in general. This special ritual lies in the whale catching process carried out by the Lamalera fishing community. The fishing gear and fishing aids used in this tradition have been around for hundreds of years and are maintained in an environmentally friendly manner so that they do not have a negative impact on the surrounding waters and ecosystem. What makes this tradition contrary to current government regulations is not the traditional rituals carried out or the type of fishing gear and fishing aids used. Therefore, this tradition indirectly impacts protected marine biota. This is clearly visible from the decline in the number of fishermen's catches, which between 2008 and 2009 reached 15-20 fish, but in 2023 only 6 fish were caught.</em></p> <p><strong><em>Keywords</em> :</strong> <em>Lefa Nuang, Lamalera, Lembata Regency</em></p> Richad Wahon, Yahyah Yahyah, Lebrina Ivantry Boikh ##submission.copyrightStatement## https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/JBP/article/view/22164 Fri, 04 Apr 2025 00:00:00 +0000 PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PARIWISATA BERKELANJUTAN DI PANTAI OECINA, KABUPATEN KUPANG, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/JBP/article/view/22165 <p><strong>Abstrak -</strong> Pantai Oecina merupakan salah satu destinasi wisata yang ada di Kabupaten Kupang yang termasuk dalam kawasan Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu. Pantai Oecina menawarkan banyak pengalaman wisata bagi wisatawan yang mengunjunginya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah Pantai Oecina sudah menerapkan konsep pariwisata berkelanjutan yakni dari segi ekonomi, ekologi dan sosial yang termuat dalam empat aspek yakni atraksi, fasilitas, infrastruktur dan keterlibatan pengelola berdasarkan persepsi dari wisatawan. Sampel yang digunakan sebanyak 50 orang wisatawan dengan teknik wawancara menggunakan kuesioner, kemudian akan dianalisis faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang terdapat di Pantai Oecina. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar wisatawan setuju bahwa Pantai Oecina masih belum menerapkan konsep pariwisata berkelanjutan. Hal ini terlihat jelas dari aspek fasilitas, infrastruktur dan keterlibatan pengelola yang perlu ditingkatkan lagi padahal aspek atraksi yang ada di Pantai Oecina sudah sangat mumpuni.</p> <p><strong>Kata kunci</strong>: Pantai Oecina, Pariwisata Berkelanjutan, Faktor Internal dan Eksternal.</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong><em>Abstract -</em></strong><em> Oecina Beach is one of the tourist destinations in Kupang Regency that is included in the Sawu Sea National Marine Park (TNP) area. The Oecina Beach offers many tourism experiences for tourists that visit it. This research aims to see whether Oecina Beach has implemented the concept of sustainable tourism, including economic, ecological and social aspects, which are contained in four aspects, namely attractions, facilities, infrastructure and manager involvement based on the perceptions of tourists. The respondents used a sample of 50 tourists with interview techniques using a questionnaire, then analyzed the internal and external factors found at Oecina Beach. The results showed that most tourists agreed that Oecina Beach still had not implemented the concept of sustainable tourism. This is evident from the aspects of facilities, infrastructure and manager involvement that need to be improved even though the attraction aspects at Oecina Beach are very qualified. </em></p> <p><strong><em>Keywords</em></strong><em>:Oecina Beach, Sustainable Tourism, Internal and External Factors.</em></p> Cristin P. Meni, Chaterina A. Paulus, Yahyah Yahyah ##submission.copyrightStatement## https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/JBP/article/view/22165 Fri, 04 Apr 2025 00:00:00 +0000 KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN RAWAI DASAR YANG DIOPERASIKAN NELAYAN DI DESA OENGGAE, KECAMATAN PANTAI BARU, KABUPATEN ROTE NDAO https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/JBP/article/view/22166 <p><strong>Abstrak-</strong> Pancing Rawai Dasar merupakan salah satu alat tangkap ikan yang&nbsp; digunakan oleh nelayan di Desa Oenggae. Alat ini banyak digunakan karena memiliki keunggulan dari segi ekonomi, kemudahan dalam pengoperasian, serta biaya perawatan dan penanganan yang relatif murah dibandingkan dengan alat tangkap lainnya. Desa Oenggae sendiri terletak di Kecamatan Pantai Baru, Kabupaten Rote Ndao, dan merupakan salah satu dari 14 Desa serta 1 kelurahan yang ada di kecamatan tersebut. Mayoritas penduduk Desa ini bermata pencaharian sebagai nelayan, dan dalam kegiatan penangkapan ikan, merekan masih banyak mengandalkan alat tangkap tradisional, termasuk Rawai dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis ikan hasil tangkapan menggunakan Rawai Dasar. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi terhadap lima kapal nelayan yang menggunakan alat tangkap Rawai Dasar dalam periode Juli hingga Agustus 2024. Hasil penelitian menunjukan bahwa setiap kapal memiliki hasil tangkapan yang berbeda. Kapal 1 mencatat hasil tangkapan tertinggi pada ikan Tambak pasir dengan berat 34,9 kg (55,31%) dan terendah ikan Kerapu tertangkap 0,8 kg (1,27%). Kapal 2 didominasi oleh ikan Kerapu macan 18,9 kg (31,98%) dan terendah ikan Kerong-kerong 1,2 kg (2,03%). Kapal 3 Ikan Kwe tertinggi 18,4 kg (21,45%) dan terendah ikan tambak merah 1,2 kg (0,14%). Kapal 4 ikan Kakap tertinggi 37,3 kg (27,82%) dan terendah ikan Kerapu gunting 0,6 kg (0,43%). Kapal 5 ikan Kurisi tertinggi 30,82 kg (31,45% dan terendah ikan kerapu tutul 0,36 kg (0,37%).</p> <p><strong>Kata kunci</strong> : Desa Oenggae, Pancing Rawai Dasar, Komposisi Jenis Ikan.</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong><em>Abstract- </em></strong><em>Abstract- Bottom longline is one of the fishing gears used by fishermen in Oenggae Village. This tool is widely used because it has advantages in terms of economy, ease of operation, and relatively low maintenance and handling costs compared to other fishing gear. Oenggae Village is located in Pantai Baru Sub-district, Rote Ndao Regency, and is one of 14 villages and 1 sub-district in the sub-district. The majority of the villagers are fishermen, and in their fishing activities, they still rely heavily on traditional fishing gear, including the basic Rawai. This study aims to determine the composition of fish species caught using Rawai Dasar. Data collection was conducted through observation, interview, and documentation of five fishing boats using Rawai Dasar fishing gear in the period July to August 2024. The results showed that each vessel had different catches. Vessel 1 recorded the highest catch of Sand Pond fish weighing 34.9 kg (55.31%) and the lowest Grouper fish caught 0.8 kg (1.27%). Vessel 2 was dominated by tiger grouper 18.9 kg (31.98%) and the lowest grouper 1.2 kg (2.03%). Vessel 3 had the highest Kwe fish at 18.4 kg (21.45%) and the lowest red pond fish at 1.2 kg (0.14%). Vessel 4 had the highest snapper of 37.3 kg (27.82%) and the lowest scissor grouper of 0.6 kg (0.43%). Vessel 5 had the highest Kurisi fish at 30.82 kg (31.45%) and the lowest spotted grouper at 0.36 kg (0.37%).</em></p> <p><strong><em>Keywords:</em></strong><em> Oenggae Village, Longline Fishing, Fish Species Composition</em></p> Yandres Lima, Kiik G. Sine, Alexander L. Kangkan ##submission.copyrightStatement## https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/JBP/article/view/22166 Fri, 04 Apr 2025 00:00:00 +0000 ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN ALAT TANGKAP PANCING ULUR (HAND LINE ) DI DESA SAKUBATUN, KECAMATAN ROTE BARAT DAYA, KABUPATEN ROTE NDAO https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/JBP/article/view/22167 <p><strong>Abstrak- </strong>Masyarakat nelayan di desa Sakubatun merupakan nelayan tradisional atau nelayan kecil dengan kondisi penangkapan dengan menggunakan alat penangkapan ikan yang sederhana. Nelayan di desa Sakubatun saat melaut masih menggunakan alat tangkap tradisional seperti tombak, jaring dan salah satunya adalah pancing ulur. Produksi tangkapan nelayan dari kegiatan melaut yang dilakukan adalah sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat nelayan setiap hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran penerimaan, biaya dan pendapatan nelayan alat tangkap pancing ulur (<em>hand line</em>) di Desa Sakubatun, Kecamatan Rote Barat Daya, Kabupaten Rote Ndao. Teknik pengambilan sampel ditentukan berdasarkan teknik purposive sampling dengan responden yang terpilih sebanyak 34 orang . Teknik pengumpulan data dikumpulkan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi pada 34 sampel yang diambil secara acak pada periode bulan Juli-Agustus 2024. Data dianalisis menggunakan analisis penerimaan, biaya dan pendapatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa total penerimaan yang didapatkan dari 34 orang nelayan selama satu bulan sebanyak Rp. 429.805.000, sedangkan total biaya yang dikeluarkan untuk biaya operasi usaha penangkapan dengan pancing ulur sebesar Rp.269.220.000, dan total pendapatan yang diperoleh dari 34 nelayan sebesar Rp. 160.585.000. Jika dirata-ratakan pendapatan responden nelayan pancing ulur selama satu bulan sebesar Rp. 4.723.088.</p> <p><strong>Kata kunci</strong> : Pendapatan, Nelayan Pancing Ulur, Desa Sakubatun</p> <p><strong><em>&nbsp;</em></strong></p> <p><strong><em>Abstract</em></strong><em>- Fishing communities in Sakubatun village are traditional fishermen or small fishermen with fishing conditions using simple fishing gear. Fishermen in Sakubatun village when going to sea still use traditional fishing gear such as spears, nets and one of them is a fishing rod. Fishermen's catch production from fishing activities carried out is a source of income to meet the daily needs of fishing communities. This study aims to determine the amount of revenue, costs and income of hand line fishermen in Sakubatun Village, Southwest Rote Subdistrict, Rote Ndao Regency. The sampling technique was determined based on purposive sampling technique with 34 respondents selected. Data collection techniques were collected using observation, interviews, and documentation on 34 samples taken randomly in the July-August 2024 period. Data were analyzed using revenue, cost and income analysis. The results showed that the total revenue obtained from 34 fishermen for one month was Rp. 429,805,000, while the total costs incurred for the operating costs of the fishing business with a hand line amounted to Rp. 269,220,000, and the total income obtained from 34 fishermen amounted to Rp. 160,585,000. If averaged, the income of the respondents of handline fishermen for one month is Rp. 4,723,088.</em></p> <p><strong><em>Keywords</em></strong><em>: Income, Longline Fishermen, Sakubatun Village</em></p> Abdul Sa’af, Yahyah Yahyah, Lebrina Ivantry Boikh ##submission.copyrightStatement## https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/JBP/article/view/22167 Fri, 04 Apr 2025 00:00:00 +0000