STATUS RESISTENSI VEKTOR FILARIASIS ASAL KABUPATEN SIKKA TERHADAP INSEKTISIDA BENDIOCARB
Abstract
Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Kasus filariasis di Kabupaten Sikka tahun 2015-2017 setiap tahunnya meningkat. Pengendalian vektor nyamuk secara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida. Insektisida yang digunakan secara terus-menerus dapat menyebabkan nyamuk menjadi resisten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status resistensi vektor filariasis terhadap insektisida bendiocarb 0,1% di Kabupaten Sikka tahun 2018. Penelitian ini diawali dengan survei lokasi dan pengambilan sampel di Kabupaten Sikka. Pemeliharaan nyamuk dan uji resistensi dilakukan di laboratorium FKH Undana. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah nyamuk Aedes sp. dan Anopheles sp., impregnated paper bendiocarb 0,1. Hasil uji resistensi menggunakan metode susceptibility test dengan impregnated paper bendiocarb 0,1% yaitu kematian nyamuk uji terhadap insektisida bendiocarb sebesar 33,3% sehingga tergolong dalam kategori resistensi tinggi.
Downloads
References
[Dinkes NTT] Dinas Kesehatan. 2017. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2015. Kupang: Dinas Kesehatan Propinsi NTT.
Hidayati L. 2016. Status Resistensi Aedes aegypti Terhadap Insektisida Dan Hubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kota Sukabumi [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
[IRAC] Insecticide Resistance Action Committee. 2006. Prevention and Management of Insecticide Resistance in Vectors and Pests of Public Health Importance. Seattle, USA.
Jaya I. 2017. Uji Efektifitas Serbuk Alang-Alang (Imperta cylindrica) Sebagai Anti Nyamuk Elektrik Terhadap Nyamuk Aedes aegypti [Skripsi]. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin.
Joharina, Alfiah S. 2011. Analisis Deskriptif Insektisida Rumah Tangga Yang Beredar Di Masyarakat, Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Vektor Dan Reservoir Penyakit. Jurnal Vektora, 4(1): 23 – 32.
[Kemenkes] Kementrian Kesehatan. 2016. Situasi Filariasis di Indonesia Tahun 2015.Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Mustafa H, Jastal, Gunawan, Risti. 2016. Penentuan Status Kerentanan Nyamuk Anopheles barbirostris terhadap Insektisida Bendiocarb, Etofenprox, dan Lambdacyhalothrin di Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah. Media Litbangkes, 26(2) 93 – 98.
Nukmal N. 2011. Bio- Ecology Of Psyllyds On Eucalyptus. Lap Lambert. Saabrucken Germany.
Palgunadi BU, Rahayu A. 2011. Aedes aegypti sebagai Vektor Penyakit Demam Berdarah Dengue. Artikel. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Tuti S, Armedy RH, dan Ryanti E. 2009. Masalah Filariasis Di Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Buletin Penelitian Kesehatan, 37(4): 169 – 179.
[WHO] World Health Organization. 2009. Dengue: Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. New Edition. Geneva, (WHO/HTM/NTD/DEN/2009.1).
[WHO] World Health Organization. 2016, Monitoring and Managing Insecticide Resistance in Aedes Mosquito Population, Geneva, Switzerland.
Yuliani TS, Triwidodo H, Mudikdjo K, Panjaitan NK dan Manuwoto S. 2011. Pestisida Rumah Tangga untuk Pengendalian Hama Pemukaiman pada Rumah Tangga. JPSL;1(2):73–83.