RASIONALITAS GAYA BAHASA DALAM LAGU ROHANI KASIH BAPA DAN JADIKAN AKU PELANGI: KRITIK TERHADAP SASTRA POPULER DENGAN PENDEKATAN OBJEKTIF INTRINSIK

  • Yandres A. Dj. Lao(1*)
    Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kristen Wamena, Papua, Indonesia
  • Rita Sari(2)
    Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kristen Wamena, Papua, Indonesia
  • (*) Corresponding Author
Keywords: Sastra populer, kritik sastra, rasionalitas, gaya bahasa, makna simbolis, makna ideologis

Abstract

Karya sastra populer merupakan jenis karya sastra yang paling banyak diminati tidak terkecuai oleh kelompok masyarakat religi tertentu. Karya sastra populer dapat menjadi sarana baik ekspresi emosi rohaniah maupun pengakuan dan pemaknaan teologis suatu kepercayaan dan agama. Lepas daripada itu, karya sastra populer merupakan sebuah hasil dari ide yang dituangkan dalam susunan sajak dengan unsure pembangun ekstrinsik dan intrinsik yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, karena secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan, maka karya sastra populer juga dapat dikritik sebagai sebuah bentuk respon ilmiah terhadap ketidaksesuaian yang mungkin ada sehingga dapat digunakan untuk perbaikan dan pengembangan di kemudian hari. Lebih jauh lagi, jika karya sastra yang cepat booming ini tidak memiliki unsure pembangun yang kuat, maka akan mempengaruhi persepsi dan pemaknaan yang bisa jadi bertentangan dengan rasionalitas yang universal, terlebih lagi jika karya sastra tersebut digunakan dalam seremonial liturgis dan teologis agama tertentu. Artikel ini mengkaji tentang rasionalitas gaya bahasa sebagai sebuah unsure intrinsic dari dua lagu rohani Kristen yang populer saat ini. Dengan pendekatan objektif intrinsik, kritik sastra dilakukan untuk menggali potensi irasionalitas simbol dan makna literal yang sifatnya universal. Dari hasil analisis ditemukan dua jenis gaya bahasa yakni simile dan paradoks, dua gaya bahasa yang memiliki tujuan berbeda namun digunakan dalam satu lirik lagu. Hal ini menunjukkan adanya inkonsistensi gaya bahasa. Selanjutnya, ditemukan pula ketidaksesuaian makna literal sebagai karakteristik dari simbol yang digunakan dalam gaya bahasa pada lirik lagu yang diteliti. Ketidaksesuaian tersebut dapat mempengaruhi proses pemaknaan teologis. Ketidaksesuaian seperti ini seharusnya dihindari mengingat karya sastra populer berupa lagu tersebut digunakan dalam kegiatan keagamaan yang berhubungan langsung dengan pemaknaan secara teologis.

Downloads

Download data is not yet available.

PlumX Metrics

Published
2022-11-05