STUDY OF THE INFLUENCE OF ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL ASPECTS OF BUFFER VILLAGE COMMUNITIES ON SUSTAINABILITY EFFORTS OF KELIMUTU NATIONAL PARK (Case Study of Saga Village, SPTN Region II)
Abstract
Taman nasional Kelimutu terletak di bagian tengah pulau Flores, tepatnya di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Kawasan Taman Nasional Kelimutu merupakan taman nasional dengan luas terkecil di Indonesia, yaitu 5.356,5 ha. Permasalahan yang dihadapi taman nasional Kelimutu kepada masyarakat desa Saga terkait dengan perkebunan kopi di daerah tersebut, penebangan tradisional, penggembalaan ternak liar, dan kegiatan masyarakat di daerah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aspek ekonomi, sosial dan budaya masyarakat di salah satu desa penyangga Taman Nasional Kelimutu dalam kaitannya dengan upaya keberlanjutan Taman Nasional Kelimutu. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Saga (Kelurahan Penyangga Taman Nasional Kelimutu), Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur pada bulan Agustus-September 2023. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik snowball sampling. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek ekonomi mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam program konservasi. Masyarakat yang mengalami kesulitan kondisi ekonomi cenderung kurang berpartisipasi dalam kegiatan konservasi karena lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Sebaliknya, masyarakat yang lebih sejahtera secara ekonomi memiliki lebih banyak waktu dan sumber daya untuk terlibat dalam upaya konservasi alam. Aspek sosial mempengaruhi pola konsumsi dan perilaku terhadap lingkungan. Nilai, norma, dan struktur sosial dalam masyarakat berperan penting dalam membentuk pola dan perilaku konsumsi terhadap lingkungan. Nilai, norma, dan struktur sosial dalam masyarakat berperan penting dalam membentuk pola dan perilaku konsumsi terhadap lingkungan. Aspek budaya berperan penting dalam menjaga tradisi lokal yang berkaitan dengan pelestarian alam. Nilai-nilai budaya, kepercayaan, dan praktik turun temurun dapat menjadi pendorong atau hambatan dalam upaya pelestarian alam. Masyarakat yang memiliki tradisi budaya kuat yang mendukung pelestarian alam cenderung lebih aktif dalam menjaga lingkungan alam di sekitarnya.