ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OEPOI

  • President Venuz Venezea Lema(1)
    Universitas Nusa Cendana
  • Kresnawati Wahyu Setiono(2*)
    Fakultas Kedokteran, Universitas Nusa Cendana
  • Regina Maya Manubulu(3)
    Universitas Nusa Cendana
  • (*) Corresponding Author
Keywords: Stunting,faktor risiko, asupan makanan,status ekonomi

Abstract

Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama. Stunting sebagai akibat dari pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian stunting, namun tiap daerah memiliki perbedaan yang dapat mempengaruhi terjadinya stunting. Tujuan penelitian ini  menganalisis faktor risiko kejadian stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Oepoi. Metode yang digunakan  penelitian observasional analitik dengan rancangan case control study dengan 114 sampel. Teknik pengambilan sampel yaitu consecutive sampling untuk kelompok kasus yaitu 57 balita stunting dan kelompok kontrol yang terdiri dari 57 balita normal. Analisis data yang dilakukan adalah univariat dan bivariat dengan uji chi square dan Odds Ratio. Hasil uji analisis faktor risiko dengan kejadian stunting yaitu nilai variabel asupan energi (OR: 6,143; p: 0,000), asupan protein (OR: 7,500; p: 0,000), status ekonomi keluarga (OR: 3,338; p: 0,004), jenis kelamin (OR: 0,513; p: 0,125), berat badan lahir balita (OR: 2,487; p: 0,178), status imunisasi (OR: 1,698; p: 0,556), pemberian ASI eksklusif (OR: 0,612; p: 0,546), riwayat penyakit infeksi (OR: 1,810; p: 0,334), pendidikan orang tua (OR: 1,950; p: 0,125), dan pekerjaan orang tua (OR: 0,525; p: 0,315). Kesimpulan penelitian ini faktor risiko dari kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Oepoi adalah asupan energi, asupan protein, dan status ekonomi keluarga

Downloads

Download data is not yet available.

References

1. JPGN Volume 57, Number 2, August 2013 .“ WHO Growth Standards and Reference Charts”. [diakses 8 Mei 2018].

2. WHO. 2016. “Prevalence of Stunting, Height for Age (% of Children under 5). (The World Bank). [diakses 8 Mei 2018].

3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas ) Tahun 2018.

4. Data laporan bulanan status gizi berdasarkan indikator TB/U (Tinggi Badan menurut Umur) menurut pemetaan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Dinas Kesehatan Kota Kupang Bulan Desember tahun 2017.

5. Anisa, P. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 25-60 Bulan di Kelurahan Kalibaru Depok Tahun 2012. 2012; [diakses 14 April 2018].

6. Erni Rukmana, dkk. 2016. Faktor Risiko Stunting Pada Anak Usia 6-24 Bulan di Kota Bogor. [diakses 25 Oktober 2018].

7. BC Rosha, dkk. 2012. Analisis Determinan Stunting Anak 0-23 Bulan Pada Daerah Miskin Di Jawa Tengah Dan Jawa Timur (Determinant Analysis Of Stunting Children Aged 0-23 Months In Poor Areas In Central And East Java).[diakses 28 Oktober 2018].

8. EM Sari, 2017. Hubungan Riwayat BBLR Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 7-12 Bulan Di Desa Selomartani Wilayah Kerja Puskesmas Kalasan. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas ‘Aisyiyah, Yogyakarta. [diakses 18 Oktober 2018].

9. Lidia Fitri. 2018. Hubunga BBLR dan ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting di Puskesmas Lima Puluh Pekanbaru. (Skripsi). Pekanbaru : Akademi Kebidanan Helvetia. [diakses 22 April 2018].

10. EM Sari, 2017. Hubungan Riwayat BBLR Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 7-12 Bulan Di Desa Selomartani Wilayah Kerja Puskesmas Kalasan. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas ‘Aisyiyah, Yogyakarta. [diakses 18 Oktober 2018].

11. Setiawan Eko, dkk. 2018. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja PuskesmasAndalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang. [diakses 26 Oktober 2018].
12. Dandara Swathma. 2016. Analisis Faktor Risiko BBLR, Panjang Badan Bayi Saat Lahir Dan Riwayat Imunisasi Dasar Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita Usia 12-36 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kandai Kota Kendari. [diakses 26 Oktober 2018].

13. Winny Rambitan. 2014. Hubungan Antara Riwayat Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Batita Diwilayah Kerja Puskesmas Kawangkoan Kabupaten Minahasa.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi, Manado. [diakses 26 Oktober 2018].

14. Sri Indrawati. 2016. Hubungan Pemberian Asi Esklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 2-3 Tahun Di Desa Karangrejek Wonosari Gunung Kidul. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. [diakses 18 Oktober 2018].

15. Elsa Nur Aini, dkk. 2018. Faktor Yang Mempengaruhi Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di Puskesmas Cepu Kabupaten Blora. Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro Semarang. [diakses 17 Oktober 2018].

16. Astutik, dkk. 2017. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Balita Usia 24-59 Bulan (Studi Kasus Di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus Ii Kabupaten Pati. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro, Semarang. [diakses 26 Oktober 2018].

17. Assis, AMO, et al. 2004. Childhood Stunting in Northeast Brazil: The Role Of Schistosoma Mansoni Infection an Inadequate Dietary Intake. European Jurnal of Clinical Nutrition (2004) 58, 1022-1029 dapat diakses di www.nature.com/ejcn

18. Glaudia P. Gerungan, dkk. 2015. Hubungan Antara Riwayat Penyakit Infeksi Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 13-36 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. [diakses 17 Oktober 2018].

19. Esra Ratufelan, dkk. 2018. Hubungan Pola Makan, Ekonomi Keluarga Dan Riwayat Infeksi Dengan Kejadian Gizkurang Pada Balita Diwilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo. [diakses 19 Oktober 2018].

20. Cholifatun Ni’mah. 2016. Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat Pengetahuan Dan Pola Asuh Ibu Dengan Wasting Dan Stunting Pada Balita Keluarga Miskin. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia. [diakses 27 Oktober 2018].

21. Putri Anindita. 2012. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga, Kecukupan Protein & Zinc Dengan Stunting (Pendek) Pada Balita Usia 6 – 35 Bulan Di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. [diakses 27 Oktober 2018].

22. Atikah Rahayu. 2014. Risiko Pendidikan Ibu Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak 6-23 Bulan (Maternal Education As Risk Factor Stunting Of Child 6-23 Months-Old). Bagian Gizi Prodi Kesehatan Masyarakat, Fk Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru, Banjarmasin. [diakses 27 Oktober 2018].

23. Tia Agustiningrum. 2016. Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosari. [diakses 27 Oktober 2018].

24. Novita Siahaan, dkk. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Tiram Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2013. [diakses 27 Oktober 2018].

25. Enny Fitriahadi. 2018. Hubungan tinggi badan ibu dengan kejadian stunting pada balita usia 24 -59 bulan (The relationship between mother's height with stunting incidence in children aged 24-59 months). [diakses 28 Oktober 2018].

26. Salsa Bening. 2018. Asupan Zink, Riwayat ISPA Dan Pengeluaran Pangan Sebagai Faktor Resiko Stunting Pada Anak Usia 2-5 Tahun Di Kota Semarang. [Diakses 19 Oktober 2018].

PlumX Metrics

Published
2019-09-13
How to Cite
Lema, P., Setiono, K., & Manubulu, R. (2019). ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OEPOI. Cendana Medical Journal, 7(2), 249-259. https://doi.org/10.35508/cmj.v7i2.1797

Most read articles by the same author(s)

Obs.: This plugin requires at least one statistics/report plugin to be enabled. If your statistics plugins provide more than one metric then please also select a main metric on the admin's site settings page and/or on the journal manager's settings pages.