EFEKTIVITAS EKSTRAK BIJI KELOR (Moringa oleifera) TERHADAP LARVA Aedes aegypti DAN Culex sp. INSTAR III/IV
Abstract
Penggunaan larvasida sintetik dalam waktu lama dapat menyebabkan terbentuknya strain nyamuk yang resisten. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi resistensi vektor terhadap larvasida adalah menggunakan larvasida nabati yang terbuat dari tumbuhan yang lebih ramah lingkungan dan lebih mudah terurai di alam. Biji kelor (Moringa oleifera) mengandung metabolit sekunder seperti tanin, saponoin dan alkaloid yang dapat berperan dalam kematian larva. Spesies nyamuk yang digunakan adalah Aedes aegypti dan Culex sp. yang merupakan vektor dari beberapa penyakit endemis dan penyakit yang diabaikan di Indonesia, yaitu Demam Berdarah (Aedes aegypti) dan Filariasis (Culex sp.). kedua penyakit ini masih memiliki angka prevalensi yang tinggi di Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas biji kelor sebagai larvasida pada larva nyamuk Aedes aegypti dan Culex sp. Metode yang digunakan ekstrak biji kelor dibuat menggunakan pelarut aquades dengan teknik infundasi. Uji perlakuanfitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder dari ekstrak biji kelor. Digunakan 480 ekor larva instar III/IV dari setiap spesies nyamuk yang dibagi dalam 6 kelompok perlakuan, (kelompok kontrol positif dengan abate 0,02 ppm, kelompok ekstrak biji kelor 750 ppm, 1000 ppm, 1250 ppm, 1500 ppm, dan 1750 ppm). Pengamatan akan dilakukan selama 48 jam dengan 4 kali pengulangan. Hasil penelitian ini pada uji fitokimia didapatkan ekstrak biji kelor mengandung alkaloid, saponin, triterpenoid, dan tanin (dalam jumlah sedikit). Rata-rata kematian larva yang paling tinggi ditemukan pada kosentrasi 1750 ppm yaitu 4,5 larva Aedes aegypti dan 3,5 larva Culex sp.. Hasil analisis Kruskall Wallis menunjukkan bahwa ekstrak biji kelor efektif sebagai larvasida untuk Aedes aegypti (p=0,004) dan Culex sp. (p=0,001). Pada analisis probit didapatkan bahwa LC50 dari ekstrak terhadap Aedes aegypti adalah 4618 ppm, dan untuk Culex sp. 5242 ppm. Kesimpulan ekstrak biji kelor efektif sebagai larvasida nabati pada larva Aedes aegypti dan Culex sp
Downloads
References
2. Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan Indonesia. Situasi Demam Berdarah Dengue Di Indonesia. 2014. p. 1–3.
3. NTT DP. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. 2015;1–146. Available from: www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES.../19_NTT_2015.pdf
4. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi Filariasis di Indonesia Tahun 2015. 2016.
5. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 374/Menkes/Per/III/2010 Tentang Pengendalian Vektor. 2012;1–94.
6. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 94 tentang Penanggulangan Filariasis. 2014;1–118.
7. Prasetyowati H, Hendri J, Wahono T, Litbang L, Ciamis P, Raya J, et al. Status Resistensi Aedes aegypti (Linn.) terhadap Organofosfat di Tiga Kotamadya DKI Jakarta The Resistance Status of Aedes aegypti (Linn.) to Organophosphate in Three District Jakarta. 2016 [cited 2018 Apr 27]; Available from: https://media.neliti.com/media/publications/57722-ID-status-resistensi-aedes-aegypti-linn-ter.pdf
8. Kumar S, Wahab N, Mishra M, Warikoo R. Evaluation of 15 local plant species as larvicidal agents against an Indian strain of dengue fever mosquito, Aedes aegypti L. (Diptera: Culicidae). Front Physiol. 2012;3 APR(April):1–6.
9. Astriani Y, Widawati M. Potensi Tanaman di Indonesia sebagai Larvasida Alami untuk Aedes aegypti. Bulan Desember Tahun Potensi Tanam Indones …. 2016;8(2):37–46.
10. Chaieb I. Saponins as Insecticides: a Review. Tunis J Plant Prot [Internet]. 2010 [cited 2018 Apr 26];39(1). Available from: https://pdfs.semanticscholar.org/7a0b/2544dd484b919fd6afc0e5735759698d51d9.pdf
11. Chinenyenwa O, Ree AG. Bio-insecticidal efficacy of Moringa oleifera on the malaria vector , Anopheles and toxicity evaluation on fish behaviour. 2017;4(2):85–92.
12. Pradani F, Ipa M, Marina R, Yuliasih Y. Status Resistensi Aedes aegypti dengan Metode Susceptibility di Kota Cimahi terhadap Cypermethrin. Aspirator. 2011;3(1):18–24.
13. Yuantri M. Studi Ekonomi Lingkungan Penggunaan Pestisida dan Dampaknya Pada Kesehatan Petani di Area Pertanian Holtikultira Desa Sumber Rejo Kec Ngablak Jawa Tengah. Tesis Univ Diponegoro. 2009;
14. Cania E. Efektivitas Larvasida Ekstrak Daun Lengundi (Vitex trifolia) Terhadap Larva Aedes aegypti. Med J Lampung Univ. 2013;2.
15. Widawati M. Efektivitas Ekstrak Buah Beta vulgaris L . ( BUAH BIT ) Dengan Berbagai Fraksi Pelarut Terhadap Mortalitas Larva Aedes aegypti. 2013;5(1):23–9.
16. Danusulistyo M. Uji Larvasida Ekstrak Daun Lidah Buaya (Aloe vera L) terhadap Kematian Larva Nyamuk Anopheles aconitus Donitz. Skripsi Surakarta Fak Ilmu Kesehat Univ Muhammadiyah.
17. Ridwan Y, Satrija F, Darusmas L, Handharyani E. Efektivitas Anticestoda Ekstrak Daun Miana (Coleus blumei Benth) terhadap Cacing Hymenolepsis microstoma pada Mencit. Media Peternak. 2010;33(1):6–11.
18. Yunita E, Suprapti N, Hidayat J. Pengaruh Ekstrak Daun Teklan (Eupatorium riparium) terhadap Mortalitas dan Perkembangan Larva Aedes aegypti. Bioma. 11(1):11–7.
19. Fuadzy H dkk. Kerentanan larva Aedes aegypti terhadap Temesfos di tiga kelurahan endemis Demam Berdarah Dengue Kota Sukabumi. Bul Penelit Kesehat. 2015;43(1):41–6.
20. WHO. Instructions For Determining The Susceptibility Or Resistance Of Mosquito Larvae to Insecticides. 1981. p. 1–6
Copyright (c) 2019 Cendana Medical Journal (CMJ)
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.
Copyright Notice
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.