PENGARUH PEMBERIAN PUDING SARI DAUN KELOR TERHADAP PERUBAHAN STATUS GIZI ANAK DI SD INPRES NOELBAKI KABUPATEN KUPANG
Abstract
Masalah gizi kurang sangat tinggi di NTT. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian makanan inovatif dan menarik yang diperkaya dengan vitamin dan mineral. Salah satu tanaman yang kaya akan vitamin dan mineral adalah kelor (Moringa oleifera). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian pudding sari daun kelor terhadap perubahan status gizi anak di SD Inpres Noelbaki Kabupaten Kupang. Metode penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan pre-test and post-test with kontrol group yang dilakukan pada anak sekolah dasar berusia 10-12 tahun di SD Inpres Noelbaki Kabupaten Kupang. Teknik pengambilan sampel menggunakan probability sampling dengan jumlah sampel 66 anak, yang terdiri dari 33 anak pada kelompok perlakuan dan 33 anak pada kontrol. Pada kelompok perlakuan diberikan puding sari daun kelor selama 14 hari. Uji analisis yang digunakan adalah Paired T test untuk membandingkan perubahan nilai Pre-Post setiap kelompok dan Unpaired T Test untuk membandingkan nilai akhir kelompok Intervensi - kontrol. Hasil dari penelitian ini terdapat peningkatan status gizi yang signifikan pada kelompok perlakuan setelah diberikan pudding sari daun selama 14 hari. Pada kelompok terdapat 33 anak mengalami peningkatan satatus gizi. Sedangkan pada kelompok control hanya terdapat 3 anak mengalami peningkatan status gizi. Pada kelompok intervensi terdapat perubahan yang signifikan (p<0,05) dan pada kelompok control tidak didapatkan adanya perubahan yang signifikan setelah dilakukan penelitian selama 14 hari. Kesimpulan dari hasil penelitian ini terdapat pengaruh pemberian pudding sari daun kelor terhadap perubahan status gizi anak di SD Inpres Noelbaki Kabupaten Kupang (p<0,05) dengan cara meningkatkan nafsu makan anak
Downloads
References
2. WHO Global TB Report 2018.
3. SUSENAS 2017. Survei Sosial Ekonomi Nasional. 2017.
4. Profil Kesehatan NTT 2017.
5. Anny Thuraidah, Rima Agnes Widya Astuti, Dinna Rakhmina, 2017. Anemia dan Lama Konsumsi Obat Anti Tuberculosis. Medical Laboratory Technology Journal, ISSN 2461-0879
6. Fauziah I, Siahaan GE. Kadar Hemoglobin(Hb ) Penderita Tb Paru Dalam Masa Terapi Obat ( Obat Anti Tuberkulosis ) Di Puskesmas Haji Abdul Halim Hasan Binjai. 2003;
7. Kassa E, Enawgaw B, Gelaw A, Gelaw B. Effect of anti-tuberculosis drugs on hematological profiles of tuberculosis patients attending at University of Gondar Hospital , Northwest Ethiopia. BMC Hematol [Internet]. BMC Hematology; 2016;1–11. Available from: http://dx.doi.org/10.1186/s12878-015-0037.1
8. Hadida M, Abo-smhadana A, Draid M. Effects of Anti-Tuberculous Drugs on Liver Function Profile in Libyan Patients with Tuberculosis. 2013;52(July):740–51.
9. Huda I Al, Sari R, WIdhiyastuti E. Perbedaan indeks massa tubuh sebelum pengobatan dan sesudah pengobatan pada pasien tuberkulosis paru di balai besar kesehatan paru masyarakat surakarta naskah. 2013
10. Kusnanto, Retnayu Pradanie, Inas Alifi Karima. 2017. Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap Kualitas Hidup Penderita Tuberkulosis Paru. Jurnal Keperawatan Air langga. 2017
11. Rini VA. Pengaruh pemantuan apoteker terhadap keberhasilan terapi dan kualitas hidup pasien tuberkulosis. Fak Farm Univ Gadjah Madah, Yogyakarta. 2014;(September):185–92
12. Kesehatan RI K. Profil Kesehatan Indonesia. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2017.
13. Indonesia FKU. Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing; 2014. 863-873 p.
14. Murwaningrum A, Abdullah M, Makmun D. Pendekatan Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis Intestinal. 2016;3(2):165–73.
15. Manalu H. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian TB paru dan upaya penanggulangannya. J Ekol Kesehat. 2010;9(4):1340–6.
16. Kesehatan RI K. Strategi Nasional Pengendalian TB. Direktorat Jendral Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan; 2014
17. Bakri M. Evaluasi penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) pada pasien tuberkulosis paru di Puskesmas Jumpandang baru makassar. Univ Islam Negeri Alauddin Makassar. 2016;
18. Kesehatan RI K. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Direktorat Jendral Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan; 2011.
19. Kesehatan RI K. Pedoman Penatalaksanaan TB (KONSENSUS TB). 2004. 1-55 p.
20. Keliat EN, Abidin A. DIAGNOSIS TUBERKULOSIS. Fak Kedokt Univ Sumatera Utara. 2001;1–23.
21. Ryu YJ. Diagnosis of Pulmonary Tuberculosis : Recent Advances and Diagnostic Algorithms. Ewha Womans Univ Sch Med Seoul, Korea. 2015;3536:64–71.
22. ECDC. Handbook on TB laboratory diagnostic methods in the European Union. European Centre for Disease Prevention and Control; 2016.
23. Sari, Dian P. Karim, Darwin. Ernawaty J. Hubungan kepatuhan minum obat dengan kualitas hidup penderita TB MDR di poli TB MDR RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru. Ilmu Keperawatan Univ Riau. 2016;
24. Pratama Mr. Hubungan tahap pengobatan dengan kualitas hidup pasien multidrug - resistant tuberculosis di RSUD dr.h. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Fak Kedokt Univ Lampung. 2019;
25. Thuraidah A, Astuti RAW, Rakhmina D. Anemia Dan Lama Konsumsi Obat Anti Tuberculosis. 2017;3(2):42–6.
26. Means RT. Pathogenesis of the Anemia of Chronic Disease: A Cytokine- Mediated Anemia. 1995;32–7.
27. Pratomo IP, Dkk. Malnutrisi and Tuberculosis. 2014; Available from: https://www.researchgate.net/publication/239949100_Malnutrition_and_Tuberculosis
28. Pradono J, Hapsari D, Sari P. Kualitas Hidup Penduduk Indonesia Menurut ICF dan Faktor yang Mempengaruhinya. Pus Penelit dan Pengemb Ekol dan Status Kesehat Jakarta. 2007;(3)
Copyright (c) 2020 Cendana Medical Journal (CMJ)
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.
Copyright Notice
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.