MENU UTAMA |
Tentang Jurnal |
Tim Editorial/Penyunting |
Etika Publikasi |
Informasi Kontak |
Edisi Ini |
Arsip Terbitan |
Flowchart Pengiriman & Proses Artikel |
Unduh Template Artikel |
Daftar/Submisi |
DARI REDAKSI
EDISI JUNI 2022
Teks dan Konteks
Paulina, sebutlah namanya begitu. Ia mendatangi kantor polisi setelah sebulan ia
bertengkar dengan tetangganya Marta (nama samaran). Pasalnya, kambing milik Martha
masuk kebun sayur Paulina dan menghabisi sebagian besar sayur di kebunnya itu.
Pertengkaran keduanya berlangsung dalam bahasa daerah masing-masing. Paulina dan Martha
tidak sepenuhnya memahami keseuluruhan isi pertengkaran itu. Namun, mata yang melotot,
pergerakan Marta yang mendekati Paulina sambil menunjuk-nunjuk, disertai nada
pembicaraan yang tinggi, terkasan meradang. Pertengakaran berakhir setelah tetangga
melerai keduanya. Dalam wajah sangut keduanya memasuki rumah masing-masing.
Sebulan berlalu, ketika pertegkaran itu mulai dihapus waktu, tiba-tiba tetagga Paulina,
Antoneta datang bertemunya untuk suatu keperluan. Keduanya gosip ramai. Gosip kian asyik
hingga pertengakaran sebulan yang lalu. Antoneta yang ikut menonton pertengkaran itu mulai
menerangkan sejumlah umpatan Marta kepada Paulina. Menurut Antoneta, Marta mencaci
maki begitu sengit terhadap Paulina. Antoneta menerjemahkan makian itu dalam bahasa
Indonesia. Paulina perlahan berang, kening berurat biru, pupil matanya bagai kesemutan.
Besoknya ia mendatangi kantor polisi. Polisi memeriksa Ibu Paulina. Singkat percakapan Pak
Polisi dengan Ibu Paulina:
“Aapakah saudara dimaki oleh oknum terduga (Martha)?” Tanya Polisi.
“Ya.”
“Coba jelaskan.”
“Saya tidak dapat menjelaskan. Ia menggunakan bahasa daerahnya.”
“Bagaimana Anda tahu bahwa tertuduh Marta mencaci-maki Anda?”
“Antoneta, tetangga saya yang menceriterakan dan memberitahukan bahwa Martha
memaki saya.”
“Kami segera panggil Antoneta sebagai saksi.”
Pesan apa yang dari percakapan di atas? Pertama, bahasa berfungsi dalam konteksnya.
Martha yang marah memelototi Paulina dan berbiacara dengan nada marah adalah pentunjuk
untuk memaknai teks (umpatan) Marta kepada Paulina. Kedua, yang didakwa ikut bersalah
adalah si penerjemah, Anoneta. Sebab, dari Antonetalah diketahui bahwa umpatan Martha
terhadap Paulina adala caci maki yang sangat keji. Ketiga, ketahuan bahwa konteks dan teks
berhubungan. Sebagaimana dikata Halliday (1994), konteks merupakan
“something accompanying text”, (sesuatu yang inheren dan hadir bersama teks). Konteks
menjadi latar terjadinya suatu komunikasi. Dengan demikian, konteks dapat dipandang
sebagai alasan terjadinya suatu pembicaraan, dialog, atau teks.
Redaksi Pelaksana
Marselus Robot